Langsung ke konten utama

Terbukti Bupati Vandiko Membohongi Warga Samosir

Saya sudah enggan menerbitkan berita baik tentang Bupati Samosir, Vandiko Gultom, dalam satu tahun terakhir, jangan sampai publik menuduh Batak Raya memfasilitasi kebohongan Bupati.

kolom opini oleh Hayun Gultom

Penulis, Hayun Gultom (tengah), dalam sebuah aksi unjuk rasa pada 2023. FOTO: JARAR SIAHAAN

Empat tahun lalu, banyak warga Kabupaten Samosir yang percaya akan janji muluk-muluk Vandiko Gultom sebagai calon Bupati Samosir. Salah satunya aktivis politik Mangoloi Sinaga.

Pada masa kampanye, Vandiko mengatakan, antara lain, apabila dia terpilih menjadi bupati, dalam satu tahun dia akan membangun jalan umum di seluruh Samosir hingga mulus, termasuk jalan desa.

Mangoloi Sinaga, yang waktu itu menjadi konsultan pemenangan Vandiko, percaya akan janji kampanye tersebut karena ayah Vandiko, Ober Gultom, adalah pensiunan pegawai Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

“Meskipun terdengar bombastis, tapi kami percaya saat itu,” kata Mangoloi Sinaga, yang kini menjadi konsultan tim sukses Freddy Situmorang, kandidat bupati yang akan melawan petahana Vandiko dalam pilkada 2024 mendatang. Mangoloi mengaku “seolah-olah terhipnosis” mendengar janji manis Vandiko empat tahun silam.

Janji palsu membangun seluruh infrastruktur dengan APBN

“Saya mau katakan, begitu dia [Vandiko Gultom] terpilih, periode pertama satu tahun pertama, saya pastikan jalan-jalan di Samosir akan mulus,” kata Pahala Tua Simbolon, yang berdiri di samping Vandiko, kepada warga Samosir dalam kampanye pilkada empat tahun silam.

Dalam acara kampanye lainnya pada masa itu, Vandiko juga berulang kali memastikan akan membangun seluruh infrastruktur di Samosir dengan APBN.

“Amang dan Inang semua, berikan kami kesempatan, dan niscaya kami akan memperbaiki seluruh infrastruktur di Samosir tanpa membebani APBD Samosir,” kata Vandiko, yang rekaman videonya juga tersiar di media sosial.

Dalam satu ujarannya itu saja sudah kelihatan bahwa dia pendusta. Mana mungkin dia, kalau terpilih jadi bupati, mampu membangun “seluruh infrastruktur.” Atau jangan-jangan dia tidak mengerti makna infrastruktur.


Berikut contoh pembangunan infrastruktur atau prasarana: jalan raya, jembatan, sistem air minum, saluran irigasi, jaringan listrik dan internet, taman, stadion, terminal, pelabuhan, sistem pengelolaan sampah dan limbah, rumah sakit, gedung sekolah, dan pasar tradisional.

Yang jadi pertanyaan, apakah dia sanggup memperbaiki atau membangun “seluruh infrastruktur” itu? Tentu saja tidak. Faktanya, hingga hari ini, dia tidak mampu sama sekali.

Kemudian dia bilang biaya pembangunan infrastruktur ini bukan dari APBD Samosir, melainkan APBN. Memangnya dia sanggup melobi sejumlah kementerian? Ternyata, hingga hari ini, dia hanya cakap besar.

Dia juga mengucap kata “niscaya”, yang berarti “pasti.” Padahal, sampai sekarang, dia tidak menepati janji politiknya untuk membereskan seluruh prasarana di Kabupaten Samosir.

Begitu pula dengan janji jalan mulus dalam satu tahun, sampai menjelang akhir jabatan Vandiko saat ini, tidak ada satu pun jalan desa yang dibangun dengan dana APBN.

Berikut pidato lain Vandiko Gultom ketika berkampanye di depan publik Samosir dalam pilkada silam:

“Kita minta pembangunan jalan sampai ke desa harus dari pusat [APBN], jangan lagi dari APBD. Kalau kita gunakan APBD untuk pembangunan infrastruktur, maka masyarakat tidak akan sejahtera. APBD Samosir masih di bawah Rp1 triliun, itu sangat jauh untuk sejahtera. Membangun jalan saja, sudah habis semua. Maka, jangan gunakan APBD untuk pembangunan jalan. Jadi, harus minta dari pusat. Kebetulan saya [pernah] bekerja [pegawai honorer] di Kementerian PUPR.”

Soal kalimat terakhir Vandiko itu, saya harus tertawa mengejek: masak dia sok-sokan merasa mampu meminta dana APBN dari pemerintah pusat hanya karena dia punya pengalaman kerja sebagai pegawai honorer di PUPR.

Itu ibarat bekas kopral berlagak pensiunan jenderal.

Bunga Desa, jalan abal-abal “sirtunisasi”, dan pupuk gratis

Dibandingkan dengan era bupati sebelumnya, pembangunan jalan desa pada masa pemerintahan Vandiko Gultom justru mengalami kemunduran. Bupati Samosir periode sebelumnya punya program rabat beton, tapi Bupati Vandiko hanya mengerjakan beberapa jalan desa dengan campuran pasir dan batu (sirtu), yang disebutnya “sirtunisasi”.

Program “sirtunisasi” pun melanggar hukum karena menggunakan bahan sirtu yang tidak memiliki izin tambang galian C.

Program jalan abal-abal “sirtunisasi” juga mendapat sorotan karena dimanfaatkan untuk pantai di dekat hotel Vantas milik keluarga Vandiko. Pantai bernama Long Beach ini, yang sempat masuk dalam program Pemkab Samosir, sekarang dibiarkan telantar ditumbuhi rumput ilalang. Padahal, dulu program pantai itu diresmikan dengan acara yang meriah, dipromosikan melalui media massa dan media sosial.

Selain “sirtunisasi”, ada lagi program Bupati Ngantor di Desa, disingkat Bunga Desa, yang juga bermasalah. Anggaran untuk kedua program tersebut tidak ada ditampung dalam APBD Kabupaten Samosir.

Masalah pendanaan Bunga Desa bahkan dikritik secara terbuka oleh Wakil Bupati Samosir, Martua Sitanggang. Beberapa kepala desa pun enggan apabila acara Bunga Desa dibuat di desanya, karena persoalan pembiayaan.


Dalam debat publik calon bupati oleh KPU Kabupaten Samosir empat tahun lalu, Vandiko Gultom pernah berjanji: “Kami jamin tidak akan ada [pejabat] OPD-OPD yang berkeluarga dengan kami.” Namun, dalam kenyataannya justru sebaliknya.

Namboru Vandiko, Tiur Gultom, dilantik menjadi Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Samosir. Amanguda-nya Jhonson Gultom menjadi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Samosir. Ompung-nya Benedictus Gultom diangkat sebagai staf khusus dalam Tim Bupati untuk Percepatan Pembangunan (TBPP), yang mendapat gaji bulanan Rp17 juta dari APBD Samosir, yang kemudian menjadi temuan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Vandiko pun pernah menjanjikan pupuk gratis untuk petani di Kabupaten Samosir. Akan tetapi, ternyata itu cuma “omon-omon” cakap angin. Alih-alih pupuk gratis, dia hanya mengadakan pelatihan gratis bagi petani bagaimana caranya membuat pupuk organik.

Vandiko Gultom bupati parbellak

Orang Samosir punya kata khusus dalam bahasa Batak Toba untuk menyebut pembohong, yaitu parbellak. Itulah sebutan yang pas bagi Bupati Vandiko Gultom.

Jadi, saya menyimpulkan bahwa si Vandiko itu bupati parbellak yang taktahu diri dan tidak tahu malu. Dipikirnya rakyat Kabupaten Samosir ini bisa terus-menerus dibohongi.

“Engkau bisa membohongi beberapa orang sepanjang waktu, dan berbohong kepada semua orang pada suatu waktu,” kata bapak demokrasi Abraham Lincoln, presiden ke-16 Amerika Serikat. “Namun, engkau tidak bisa membohongi semua orang sepanjang waktu.” ❑

Postingan populer dari blog ini

Verisa Sinaga Terkakak-kakak Ditanya “Nikah karena Kecelakaan?”

Pangururan, BATAK RAYA—Verisa Sinaga, istri Freddy Situmorang, memaklumi suaminya selaku calon Bupati Samosir sudah menjadi “milik publik”, sehingga dia dan Freddy mesti siap dikritik dan ditanyai soal rekam jejak kehidupan mereka. Namun, khusus soal anaknya, yang masih di bawah umur, Verisa menjaga privasi. Verisa Sinaga (berbaju putih) menghadiri perayaan hari ulang tahun beberapa anggota Koalisi Wanita Samosir yang lahir pada bulan September. (Foto: Kita Samosir) Dalam wawancara profil dengan Batak Raya pada 28 September 2024 di Pangururan, perempuan berusia 33 tahun itu menceritakan riwayat hidupnya secara gamblang. Dia menjawab semua pertanyaan dengan santai. Bahkan, berkali-kali dia tertawa terbahak-bahak sewaktu Batak Raya mengajukan pertanyaan pancingan. Verisa Sinaga merupakan anak sulung dari empat bersaudara dengan orang tua yang kehidupan sosial dan ekonominya amat mapan. Di rumah orang tuanya di Bekasi, segala urusan rumah tangga, dari memasak hingga menyetrika baju, dik

Freddy Situmorang dan Andreas Simbolon Sudah Bersiap Mendaftar ke KPU Samosir

Pangururan, BATAK RAYA—Bakal calon Bupati Samosir, Freddy Lamhot Situmorang (berusia 35 tahun), dan bakal calon wakil bupati Andreas Bolivi Simbolon (27 tahun), sudah bersiap untuk mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Samosir, Sumatra Utara, guna mengikuti pilkada pada 27 November 2024. Bakal calon Bupati Samosir, Freddy Situmorang (kiri), dan calon wakil bupati Andreas Simbolon. (Foto: tim Energi Baru) Jhony Naibaho , ketua tim pemenangan Freddy-Andreas, pasangan yang memiliki slogan “Energi Baru”, mengatakan segalanya sudah dipersiapkan dengan matang untuk pendaftaran ke kantor KPU Samosir pada Rabu, 28 Agustus 2024. “Yang pertama, tentunya rekomendasi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Demokrat. Persyaratan lain yang diperlukan untuk pendaftaran juga sudah kami siapkan,” kata Jhony kepada Batak Raya di posko Energi Baru di Pangururan, Senin, 26 Agustus. Menurut sekretaris tim Energi Baru, Jabiat Sagala, pada hari Rabu nanti ribuan orang angg

Jika Freddy Situmorang Jadi Bupati, Rapidin “Menggiring Anggaran” ke Samosir

ADVERTORIAL—Bakal calon Bupati Samosir dari PDIP Freddy Paulus Situmorang akan berpasangan dengan Andreas Bolivi Simbolon. Anggota DPR terpilih Rapidin Simbolon akan membantu Freddy dengan APBN dan APBD Sumut. Regu penggerak pemilih Freddy Situmorang dikukuhkan di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, 14 Juli. (Foto: Energi Baru Samosir) Sudah menjadi rahasia umum, selama ini banyak bupati dan wali kota di Indonesia yang tidak bisa maksimal membangun daerahnya karena kesulitan memperoleh anggaran pembangunan dari APBN. Kepala daerah mesti punya kemampuan melobi kementerian, antara lain melalui pengaruh politik anggota DPR. Inilah salah satu keunggulan Freddy Situmorang, yang punya slogan “energi baru”, dibandingkan kandidat lainnya. Dia sudah mendapat dukungan penuh dari politikus nasional Rapidin Simbolon, anggota DPR RI terpilih periode 2024-2029, yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Sumatra Utara. Sokongan penuh Rapidin ini dia ucapkan sendiri ketika menghadiri pengukuhan