Langsung ke konten utama

Kapolres Samosir: Kalau Sudah Merah, Langsung Kena Tegur

Ambarita, Batak Raya — Arus lalu lintas cukup lancar selama masa libur Lebaran di Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatra Utara. Para pengemudi kendaraan bermotor dan wisatawan pun merasa aman dan nyaman. Kondisi yang positif ini terjadi karena, antara lain, tersedianya mekanik di beberapa pos pengamanan. Para montir profesional itulah yang segera bertindak apabila kendaraan mogok di tengah jalan raya.

Kapolres Samosir, AKBP Josua Tampubolon, diwawancarai oleh pemred Batak Raya. (Foto: Hayun Gultom)

Itu salah satu informasi yang diperoleh Batak Raya dalam wawancara dengan Kapolres Samosir, AKBP Josua Tampubolon, pada 9 Mei 2022 di ruang tunggu Pelabuhan Ambarita, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir. Beberapa saat sebelum wawancara tersebut, Inspektur Pengawasan Umum Polri, Komjen Agung Budi Maryoto, dan Kapolda Sumut, Irjen Pol. Panca Putra Simanjuntak, baru saja selesai meninjau pos pengamanan operasi Ketupat Toba 2022 di Pelabuhan Ambarita.

Tentang montir yang bersiaga di pos pengamanan, Kapolres AKBP Josua Tampubolon mendapat ide tersebut saat kunjungan Kapolda ke Kabupaten Labuhan Batu. Ketika itu terjadi kemacetan panjang karena mobil truk mogok dan tidak segera ditangani, dan mobil derek harus dipesan dari Medan. Karena masalah itu, Kapolda langsung menegur anggotanya di Labuhan Batu.

“Di situlah saya terinspirasi untuk menyediakan mekanik dan mobil derek, mana tahu ada mobil yang mogok,” kata Kapolres. Dia pun menyediakan mekanik di pos di Tele dan Pelabuhan Ambarita.

Menurut Kapolres, Polda Sumatra Utara dapat segera mengetahui lewat aplikasi Google Maps jika terjadi kemacetan di salah satu ruas jalan di Sumatra Utara. “Langsung ada tanda merah di Google Maps-nya itu, dan kalau sudah merah, langsung kena tegur. Karena itu, kalau ada yang mogok, harus langsung segera ditangani. Kalau takbisa diperbaiki, langsung diderek,” katanya.

Dia menjelaskan operasi Ketupat Toba berlangsung selama 12 hari, dan hari kedua Lebaran adalah hari yang paling ramai di Kabupaten Samosir. Saat itulah puncak arus masuk pengunjung ke Samosir. Selama masa Lebaran ada dua kecelakaan di Kabupaten Samosir, yaitu di ruas jalan Tele, berupa kecelakaan tunggal karena pengemudi mengantuk.

Menurut Kapolres, situasi ramainya pengunjung masih akan terjadi pada hari-hari libur yang akan datang, bahkan bisa lebih banyak. Untuk itu, harus ada persiapan matang. Forum Komunikasi Pimpinan Daerah harus mempersiapkan segala hal yang diperlukan sesuai dengan tugas masing-masing.

“Misalnya kemacetan, itu berarti Satuan Lalu Lintas harus saling koordinasi dengan Dinas Perhubungan,” katanya. Dia mencontohkan Kepala Dinas Perhubungan dan Kasat Lantas yang melakukan rekayasa lalu lintas dan menempatkan personel di sejumlah titik kemacetan.

Untuk mengantisipasi antrean panjang di pelabuhan, menurut Kapolres, pihak Dinas Perhubungan dapat menambah jadwal kapal dan armada. Dia juga sudah menyampaikan kepada pengelola Pelabuhan Ambarita agar membuat sistem tiket daring sehingga masyarakat tidak perlu mengantre untuk membeli tiket kapal feri. Mobil pun bisa datang sesuai dengan jadwal tiket yang dibeli secara daring.

Kapolres AKBP Josua Tampubolon juga mengatakan Intelkam Polres berkoordinasi dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Samosir untuk mengetahui kapan tamu terbanyak masuk ke dan keluar dari hotel-hotel yang ada di Samosir. Dari data itu Polres bisa mengantisipasi antrean di jalur masuk kapal feri dan juga jalur darat di Tele.

Untuk pengamanan lalu lintas di Danau Toba, Satuan Polisi Perairan Polres Samosir memiliki empat kapal patroli yang selalu siaga jika terjadi kecelakaan kapal di danau.

Kadis Perhubungan Kabupaten Samosir, Laspayer Sipayung. (Foto: Hayun Gultom)

Menurut Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Samosir, Laspayer Sipayung, satu minggu sebelum Lebaran pihaknya sudah memeriksa setiap kapal di Samosir apakah layak beroperasi di Danau Toba. Dia mengatakan kapasitas kapal penumpang maksimal 60 orang, dan kapal tersebut harus memiliki minimal 60 jaket pelampung. “Jika tidak memiliki 60 jaket pelampung, tidak diperbolehkan menyeberang,” kata Laspayer, yang diwawancarai Batak Raya di Pelabuhan Ambarita, 9 Mei 2022.

Menurut dia, dulu pernah terjadi di Pelabuhan Simanindo, petugas Dinas Perhubungan tidak mengizinkan sebuah kapal berangkat menuju ke Tigaras, karena memiliki hanya 30 jaket pelampung. Pemilik kapal diminta memenuhi 30 jaket lagi supaya kapal boleh berangkat.

Selama masa libur Lebaran 2022, kata Laspayer Sipayung, arus penyeberangan danau yang paling ramai terjadi di Pelabuhan Tomok, yakni sekitar 1.600 orang per hari. Sementara itu, pelabuhan kapal feri yang paling ramai ialah Pelabuhan Ambarita.

Di Kabupaten Samosir terdapat empat pelabuhan feri milik pemerintah, yaitu di Nainggolan, Onanrunggu, Simanindo, dan Ambarita. Dinas Perhubungan boleh memindahkan kapal feri dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya atas persetujuan Kementerian Perhubungan. Salah satu contoh, kapal feri Ihan Porapora di Onanrunggu dipindahkan ke Ambarita sehingga di Pelabuhan Ambarita terdapat dua kapal, Ihan Batak dan Ihan Porapora, selama masa libur Lebaran.

Idealnya, menurut Laspayer, harus ada sedikitnya dua kapal feri di tiap pelabuhan. “Dengan begitu, tidak akan ada lagi antrean panjang meskipun saat libur Lebaran seperti tahun ini,” katanya.

Di akhir wawancara, Laspayer Sipayung berterima kasih kepada para pengunjung yang sudah datang berlibur ke Samosir. “Jangan bosan ke Samosir walau kami masih banyak keterbatasan. Kami dari Dinas Perhubungan Kabupaten Samosir akan tetap berusaha membenahi,” katanya.

Postingan populer dari blog ini

Membongkar Kejanggalan Berita Polisi dan Forensik “Bripka Arfan Saragih Bunuh Diri”

LAPORAN MENDALAM, BATAK RAYA—Polisi merilis informasi bahwa Bripka Arfan Saragih mati bunuh diri dengan minum sianida terkait dengan kasus korupsi miliaran rupiah di Samsat Pangururan, Samosir, Sumatra Utara. Batak Raya menelaah keterangan polisi dan dokter autopsi, juga penjelasan ahli forensik digital, kemudian melakukan penelusuran dan verifikasi ke pelbagai pihak. Hasilnya, beberapa informasi versi aparat patut dicurigai karena mengandung kejanggalan, yang bisa mengarah ke dugaan pengacara keluarga Arfan bahwa polisi berusia 36 tahun itu sengaja dibunuh untuk memutus mata rantai pengungkapan kasus korupsi sejak 2018 di Samsat Pangururan. Berikut hasil reportase mendalam Batak Raya , yang boleh Anda bagikan ke media sosial, atau dikutip ke media siber. Selamat membaca. Tempat kejadian perkara di objek wisata Bukit Gonting difoto pada Jumat, 31 Maret 2023. Lokasi sepeda motor Bripka Arfan (markah 1) terlihat dari jalan. Lokasi mayatnya ditemukan (markah 2) terhalang batu besar. (Foto

Ayah Bupati Samosir: Harusnya Saya Dikonfirmasi, Bukan Bupati

Pangururan, Batak Raya — Wartawan bercekcok mulut dengan Ober Gultom, ayah Bupati Samosir, dalam grup WhatsApp. Lantas ketua organisasi media siber menyurati Bupati untuk konfirmasi. “Jadi, kalau nanti ada keluarga saya berdebat dengan mereka, lalu saya juga yang dikonfirmasi? Wah, keterlaluan!” kata Bupati Vandiko Gultom. Ober Gultom, ayah Bupati Samosir, Vandiko Gultom. (Foto: arsip pribadi) Dalam beberapa hari terakhir ini sejumlah media siber di Provinsi Sumatra Utara memberitakan Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kabupaten Samosir, Tetty Naibaho, yang mengirim surat konfirmasi bertanggal 30 Mei 2022 kepada Bupati Samosir, Vandiko Gultom, tentang ayahnya sendiri, Ober Gultom, yang berbantah dengan wartawan di sebuah WhatsApp group (WAG) bernama Samosir Negeri Indah (SNI). Dalam surat yang juga ditujukan kepada Sekda Kabupaten Samosir itu Tetty menulis, “… Saudara Ober Gultom yang memberikan komentar terkait pemberitaan ‘Sampah di TPA’ dengan mengusulkan salah seorang tena

Perjuangan Ibu Tristan Melawan Kejahatan Guru

Sitiotio, Batak Raya — Ketika masih berumur satu bulan, Tristan Tamba pernah berak darah, dan sejak saat itu hingga sekarang dia sering jatuh sakit. Kini Tristan sudah duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar Negeri 14 di Desa Janji Maria, Kecamatan Sitiotio , Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatra Utara. Namun, belakangan ini dia tidak mau masuk sekolah karena sangat takut melihat wali kelasnya yang jahat. Heddi Maulina Hutabarat menangis saat diwawancarai wartawan di Kecamatan Sitiotio, Kabupaten Samosir. (Foto: Hayun Gultom) Ibu Tristan, Heddi Maulina Hutabarat (33 tahun), yang tinggal di Dusun Dua, Desa Janji Maria, dari jauh hari sudah memberi tahu guru-guru di sekolah itu bahwa anaknya sakit-sakitan. Bahkan, saat mendaftarkan Tristan di kelas 1, Heddi telah mewanti-wanti para guru agar maklum apabila tiba-tiba Tristan absen karena sakit atau dibawa berobat. Untunglah gurunya bisa memahami kondisi kesehatan Tristan. Selama duduk di kelas 1 hingga kelas 2, Tristan benar-benar diperhatik