Langsung ke konten utama

Balige dan Tampahan Mendapat Bibit Pohon dari Dinas Lingkungan Hidup

Balige, Batak Raya — Pemerintah Kabupaten Toba memberikan 2.672 bibit pohon untuk masyarakat di empat desa di Kecamatan Balige dan Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba, Provinsi Sumatra Utara, 13 April 2022. Bantuan bibit pohon ini merupakan program Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Toba yang bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatra Utara.

Wakil Bupati Toba, Tonny Simanjuntak (kiri), menyerahkan bibit pohon alpukat kepada warga Kecamatan Tampahan. (Foto: Hendra Sinaga via Dinas Kominfo Toba)

Adapun bibit pohon yang dibagikan yaitu alpukat, aren, duku label biru, jengkol, kayu manis, matoa, nangka, dan rambutan yang telah disertifikasi.

Bibit pohon akan dibagikan untuk kawasan Geopark Kaldera Toba di empat desa, yaitu 750 bibit pohon untuk kelompok tani Siparmanukan di Desa Lintong Nihuta, 585 untuk kelompok tani Hutan Bunga Nauli di Desa Tarabunga, 587 untuk kelompok tani Lumban Binanga di Desa Lumban Silintong, 600 untuk kelompok tani Pansinaran di Desa Meat, dan 150 untuk gereja HKBP.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatra Utara dalam kata sambutannya yang disampaikan Kepala UPT Pengelolaan Kualitas Air Danau Toba, Abner Tarigan, mengatakan pemberian bibit pohon dimaksudkan untuk membangkitkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan Geopark Kaldera Toba. Abner juga berpesan agar masyarakat melakukan jarak tanam pohon sepanjang 7 meter.

Dalam acara penyerahan bibit pohon ini Wakil Bupati Toba, Tonny M. Simanjuntak, mengatakan pentingnya penanaman pohon-pohon baru terkait dengan perubahan iklim. Dia pun meminta masyarakat penerima bantuan bibit pohon supaya benar-benar menanam dan menjaganya, karena benih yang diberikan Dinas Lingkungan Hidup tersebut merupakan benih terbaik.

Sumber berita: Rikardo Simamora/Dinas Kominfo Kabupaten Toba

Postingan populer dari blog ini

Membongkar Kejanggalan Berita Polisi dan Forensik “Bripka Arfan Saragih Bunuh Diri”

LAPORAN MENDALAM, BATAK RAYA—Polisi merilis informasi bahwa Bripka Arfan Saragih mati bunuh diri dengan minum sianida terkait dengan kasus korupsi miliaran rupiah di Samsat Pangururan, Samosir, Sumatra Utara. Batak Raya menelaah keterangan polisi dan dokter autopsi, juga penjelasan ahli forensik digital, kemudian melakukan penelusuran dan verifikasi ke pelbagai pihak. Hasilnya, beberapa informasi versi aparat patut dicurigai karena mengandung kejanggalan, yang bisa mengarah ke dugaan pengacara keluarga Arfan bahwa polisi berusia 36 tahun itu sengaja dibunuh untuk memutus mata rantai pengungkapan kasus korupsi sejak 2018 di Samsat Pangururan. Berikut hasil reportase mendalam Batak Raya , yang boleh Anda bagikan ke media sosial, atau dikutip ke media siber. Selamat membaca. Tempat kejadian perkara di objek wisata Bukit Gonting difoto pada Jumat, 31 Maret 2023. Lokasi sepeda motor Bripka Arfan (markah 1) terlihat dari jalan. Lokasi mayatnya ditemukan (markah 2) terhalang batu besar. (Foto

Ayah Bupati Samosir: Harusnya Saya Dikonfirmasi, Bukan Bupati

Pangururan, Batak Raya — Wartawan bercekcok mulut dengan Ober Gultom, ayah Bupati Samosir, dalam grup WhatsApp. Lantas ketua organisasi media siber menyurati Bupati untuk konfirmasi. “Jadi, kalau nanti ada keluarga saya berdebat dengan mereka, lalu saya juga yang dikonfirmasi? Wah, keterlaluan!” kata Bupati Vandiko Gultom. Ober Gultom, ayah Bupati Samosir, Vandiko Gultom. (Foto: arsip pribadi) Dalam beberapa hari terakhir ini sejumlah media siber di Provinsi Sumatra Utara memberitakan Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kabupaten Samosir, Tetty Naibaho, yang mengirim surat konfirmasi bertanggal 30 Mei 2022 kepada Bupati Samosir, Vandiko Gultom, tentang ayahnya sendiri, Ober Gultom, yang berbantah dengan wartawan di sebuah WhatsApp group (WAG) bernama Samosir Negeri Indah (SNI). Dalam surat yang juga ditujukan kepada Sekda Kabupaten Samosir itu Tetty menulis, “… Saudara Ober Gultom yang memberikan komentar terkait pemberitaan ‘Sampah di TPA’ dengan mengusulkan salah seorang tena

Perjuangan Ibu Tristan Melawan Kejahatan Guru

Sitiotio, Batak Raya — Ketika masih berumur satu bulan, Tristan Tamba pernah berak darah, dan sejak saat itu hingga sekarang dia sering jatuh sakit. Kini Tristan sudah duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar Negeri 14 di Desa Janji Maria, Kecamatan Sitiotio , Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatra Utara. Namun, belakangan ini dia tidak mau masuk sekolah karena sangat takut melihat wali kelasnya yang jahat. Heddi Maulina Hutabarat menangis saat diwawancarai wartawan di Kecamatan Sitiotio, Kabupaten Samosir. (Foto: Hayun Gultom) Ibu Tristan, Heddi Maulina Hutabarat (33 tahun), yang tinggal di Dusun Dua, Desa Janji Maria, dari jauh hari sudah memberi tahu guru-guru di sekolah itu bahwa anaknya sakit-sakitan. Bahkan, saat mendaftarkan Tristan di kelas 1, Heddi telah mewanti-wanti para guru agar maklum apabila tiba-tiba Tristan absen karena sakit atau dibawa berobat. Untunglah gurunya bisa memahami kondisi kesehatan Tristan. Selama duduk di kelas 1 hingga kelas 2, Tristan benar-benar diperhatik