Langsung ke konten utama

Kecamatan Sitiotio Mulai Diperhatikan Pemkab Samosir

Sitiotio, Batak Raya — Selama bertahun-tahun Kecamatan Sitiotio di Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatra Utara, kerap dianggap sebagai kecamatan tak penting. Pegawai negeri yang ditugaskan di sana juga sering dipandang sebagai anak bawang.

Bupati Samosir, Vandiko Gultom (kiri), melihat pembukaan akses jalan antardesa di Desa Sabulan, Kecamatan Sitiotio. (Foto: tangkapan layar video Pemkab Samosir)

Kecamatan Sitiotio adalah daerah terpencil, yang hanya dapat diakses melalui jalur transportasi air Danau Toba. Tidak ada pasar swalayan di sana, apalagi taman hiburan dan toko celana jin. Bahkan, kantor polisi pun tidak ada.

Program pembangunan oleh Pemerintah Kabupaten Samosir juga jarang ditujukan ke Kecamatan Sitiotio. Itulah yang sedang akan diubah oleh Bupati Samosir, Vandiko T. Gultom, yang terpilih dalam pilkada tahun 2021 lalu.

Pada akhir Maret 2022, Bupati Vandiko berkunjung ke Desa Sabulan di Kecamatan Sitiotio dengan membawa para pejabat teras Pemkab Samosir. Bupati melakukan banyak pekerjaannya di sana untuk melayani masyarakat desa.

Dia turun melihat pembukaan akses jalan antardesa yang selama ini belum pernah ada. Pembukaan akses jalan ini sesuai dengan permintaan masyarakat beberapa waktu lalu, dan menjadi program prioritas Pemkab Samosir demi meningkatkan produksi pertanian. Maka, Pemkab Samosir pun menurunkan alat berat ke sana untuk mengerjakan pengerasan badan jalan.

Menurut Bupati Vandiko Gultom, masyarakat desa di Kecamatan Sitiotio bisa menyampaikan aspirasinya apabila mereka menginginkan pembukaan akses jalan baru di desanya, khususnya jalan menuju ke lahan pertanian dan sentra produksi.

“Pemkab Samosir akan membantu dengan syarat masyarakat mau memberikan tanahnya dengan lebar enam meter tanpa ganti rugi,” kata Bupati Samosir.

Selain pekerjaan akses jalan desa, pada hari yang sama di Desa Sabulan jajaran Pemkab Samosir juga melakukan pelayanan kesehatan gratis, pelayanan dokumen kependudukan, pemberian bantuan pendidikan, pembuatan pupuk, dan penyuluhan program keluarga berencana serta masalah stunting, yaitu gangguan pertumbuhan yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dan nutrisi.

// Bahan berita diambil dari siaran pers Pemkab Samosir yang kemudian ditulis ulang oleh Batak Raya.

iklan

iklan

Postingan populer dari blog ini

Ayah Bupati Samosir: Harusnya Saya Dikonfirmasi, Bukan Bupati

Pangururan, Batak Raya — Wartawan bercekcok mulut dengan Ober Gultom, ayah Bupati Samosir, dalam grup WhatsApp. Lantas ketua organisasi media siber menyurati Bupati untuk konfirmasi. “Jadi, kalau nanti ada keluarga saya berdebat dengan mereka, lalu saya juga yang dikonfirmasi? Wah, keterlaluan!” kata Bupati Vandiko Gultom. Ober Gultom, ayah Bupati Samosir, Vandiko Gultom. (Foto: arsip pribadi) Dalam beberapa hari terakhir ini sejumlah media siber di Provinsi Sumatra Utara memberitakan Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kabupaten Samosir, Tetty Naibaho, yang mengirim surat konfirmasi bertanggal 30 Mei 2022 kepada Bupati Samosir, Vandiko Gultom, tentang ayahnya sendiri, Ober Gultom, yang berbantah dengan wartawan di sebuah WhatsApp group (WAG) bernama Samosir Negeri Indah (SNI). Dalam surat yang juga ditujukan kepada Sekda Kabupaten Samosir itu Tetty menulis, “… Saudara Ober Gultom yang memberikan komentar terkait pemberitaan ‘Sampah di TPA’ dengan mengusulkan salah seorang tena

Sipalangnamora dan Datu Tambun

Riwayat Raja Sipalangnamora, nenek moyang marga Gultom, dan kisah salah satu putranya, Datu Tambun, pernah saya tulis bersama dengan wartawan Ramses Simanjuntak (almarhum) dalam dua artikel berjudul “Sipalangnamora dan Lima Kendi” serta “Sipalangnamora yang Kaya, Datu Tambun yang Sakti” dalam tabloid Pos Roha pada Juni 2015. Sebagian isi kedua tulisan itu diterbitkan ulang di Batak Raya seperti berikut. Keturunan Raja Sipalangnamora Gultom menziarahi pusara Sipalangnamora dan keempat putranya di Onanrunggu, Samosir, pada 2015, dan kemudian membangun kuburan leluhur mereka itu. (Foto: tabloid Pos Roha/reproduksi) Kata batak , dengan huruf b kecil, dalam ragam bahasa sastra memiliki makna ‘petualang’ atau ‘pengembara’, dan kata turunan membatak berarti ‘bertualang’ atau ‘mengembara’. Klan besar Gultom juga melanglang hingga beranak pinak di pelbagai wilayah, seperti halnya marga Batak Toba yang lain. [Baca juga: Miranda Gultom Bicara Marga, Gelar Sarjana, dan Suara Keras Orang Batak

Miranda Gultom Bicara Marga, Gelar Sarjana, dan Suara Keras Orang Batak

Pangaribuan, Batak Raya—Miranda Swaray Goeltom, yang lebih dikenal dengan nama Miranda Gultom, 73 tahun, mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, bercerita tentang adanya orang Batak yang malu memakai marganya. Dia juga mengimbau generasi muda Batak agar bekerja menjadi petani, dan jangan semata-mata mengejar gelar kesarjanaan atau menjadi pejabat. Miranda Gultom (kiri) dan Bupati Samosir, Vandiko Gultom, dalam acara Punguan Raja Urang Pardosi di Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara. (Foto: Raidon Gultom) Pesan itu disampaikan Miranda, perempuan Batak yang berhasil menjadi profesor ekonomi di Universitas Indonesia, ketika berpidato mewakili pihak boru dalam acara pelantikan pengurus Punguan Raja Urang Pardosi (Datu Tambun), sebuah organisasi marga Gultom, di Desa Parlombuan, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatra Utara, 29 Juli 2022. Sebelum berbicara tentang kedua topik tersebut, marga Batak dan gelar akademis, Miranda terlebih dahulu mengata