Langsung ke konten utama

Kaum Ibu di Desa Patane IV Porsea Membuat Pupuk Organik

Porsea, Batak Raya — Kaum ibu rumah tangga di Desa Patane IV, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba, Provinsi Sumatra Utara, berhasil membuat pupuk organik dan menggunakannya untuk menyuburkan tanaman sayur di pekarangan rumah. Salah satunya Nurmaida boru Sianipar, yang menanam sayur, bawang, dan membibitkan cabai untuk dijual.

TP-PKK Kabupaten Toba meninjau tanaman sayur yang dipupuk organik di Desa Patane IV, Porsea. (Foto: Tito Sinaga, Diskominfo Toba)

Ibu-ibu anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di desa ini membuat pupuk organik dari kotoran kerbau dan abu sisa kayu bakar yang dicampur dengan daun bunga sipaet-paet, daun bunga kembang sepatu, daun pepaya, daun sirsak, daun kunyit, daun jahe, dsb. Apabila semua bahan tersebut digiling sampai halus, dalam satu minggu saja sudah dapat digunakan jadi pupuk organik.

Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Toba, Rita Marlina, dan Ketua I Erna Grace meninjau pembuatan pupuk organik tersebut pada 10 Mei 2022 di Desa Patane IV. Di hadapan pengurus PKK, ibu-ibu di desa ini mengaku tangannya pegal setelah menumbuk daun-daun bahan pupuk. Untuk itu, mereka berharap agar PKK Kabupaten memberikan bantuan mesin giling. “Karena [pembuatan pupuk organik] ini akan kami lanjutkan, berikanlah kepada kami mesin giling. Mohon bantuan Ibu-ibu yang dari Kabupaten. Tolonglah, pupuk kami enggak ada,” ujar seorang ibu.

Menurut Rita Marlina, ada kemungkinan pembuatan pupuk organik oleh kaum ibu di Desa Patane IV ini akan diikutkan dalam penilaian tingkat Provinsi Sumut. “Tujuan kami ke sini bukan hanya melihat, tetapi juga membina. Kita akan berikan bibit [tanaman] buat Ibu-ibu. Tanam yang benar,” katanya.

// Sumber: siaran pers Tito Sinaga, Diskominfo Toba

Postingan populer dari blog ini

Membongkar Kejanggalan Berita Polisi dan Forensik “Bripka Arfan Saragih Bunuh Diri”

LAPORAN MENDALAM, BATAK RAYA—Polisi merilis informasi bahwa Bripka Arfan Saragih mati bunuh diri dengan minum sianida terkait dengan kasus korupsi miliaran rupiah di Samsat Pangururan, Samosir, Sumatra Utara. Batak Raya menelaah keterangan polisi dan dokter autopsi, juga penjelasan ahli forensik digital, kemudian melakukan penelusuran dan verifikasi ke pelbagai pihak. Hasilnya, beberapa informasi versi aparat patut dicurigai karena mengandung kejanggalan, yang bisa mengarah ke dugaan pengacara keluarga Arfan bahwa polisi berusia 36 tahun itu sengaja dibunuh untuk memutus mata rantai pengungkapan kasus korupsi sejak 2018 di Samsat Pangururan. Berikut hasil reportase mendalam Batak Raya , yang boleh Anda bagikan ke media sosial, atau dikutip ke media siber. Selamat membaca. Tempat kejadian perkara di objek wisata Bukit Gonting difoto pada Jumat, 31 Maret 2023. Lokasi sepeda motor Bripka Arfan (markah 1) terlihat dari jalan. Lokasi mayatnya ditemukan (markah 2) terhalang batu besar. (Foto

Ayah Bupati Samosir: Harusnya Saya Dikonfirmasi, Bukan Bupati

Pangururan, Batak Raya — Wartawan bercekcok mulut dengan Ober Gultom, ayah Bupati Samosir, dalam grup WhatsApp. Lantas ketua organisasi media siber menyurati Bupati untuk konfirmasi. “Jadi, kalau nanti ada keluarga saya berdebat dengan mereka, lalu saya juga yang dikonfirmasi? Wah, keterlaluan!” kata Bupati Vandiko Gultom. Ober Gultom, ayah Bupati Samosir, Vandiko Gultom. (Foto: arsip pribadi) Dalam beberapa hari terakhir ini sejumlah media siber di Provinsi Sumatra Utara memberitakan Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kabupaten Samosir, Tetty Naibaho, yang mengirim surat konfirmasi bertanggal 30 Mei 2022 kepada Bupati Samosir, Vandiko Gultom, tentang ayahnya sendiri, Ober Gultom, yang berbantah dengan wartawan di sebuah WhatsApp group (WAG) bernama Samosir Negeri Indah (SNI). Dalam surat yang juga ditujukan kepada Sekda Kabupaten Samosir itu Tetty menulis, “… Saudara Ober Gultom yang memberikan komentar terkait pemberitaan ‘Sampah di TPA’ dengan mengusulkan salah seorang tena

Perjuangan Ibu Tristan Melawan Kejahatan Guru

Sitiotio, Batak Raya — Ketika masih berumur satu bulan, Tristan Tamba pernah berak darah, dan sejak saat itu hingga sekarang dia sering jatuh sakit. Kini Tristan sudah duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar Negeri 14 di Desa Janji Maria, Kecamatan Sitiotio , Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatra Utara. Namun, belakangan ini dia tidak mau masuk sekolah karena sangat takut melihat wali kelasnya yang jahat. Heddi Maulina Hutabarat menangis saat diwawancarai wartawan di Kecamatan Sitiotio, Kabupaten Samosir. (Foto: Hayun Gultom) Ibu Tristan, Heddi Maulina Hutabarat (33 tahun), yang tinggal di Dusun Dua, Desa Janji Maria, dari jauh hari sudah memberi tahu guru-guru di sekolah itu bahwa anaknya sakit-sakitan. Bahkan, saat mendaftarkan Tristan di kelas 1, Heddi telah mewanti-wanti para guru agar maklum apabila tiba-tiba Tristan absen karena sakit atau dibawa berobat. Untunglah gurunya bisa memahami kondisi kesehatan Tristan. Selama duduk di kelas 1 hingga kelas 2, Tristan benar-benar diperhatik