Langsung ke konten utama

Sinta Tamba Membantu Masyarakat dengan Kenotarisan

Sinta Mauly Agnes Tamba, S.H., M.Kn., 59 tahun, adalah notaris pertama di Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatra Utara. Pada 2010, dia mendirikan kantornya di Pangururan dengan menggunakan rumah almarhum bapaknya, Konstan Tamba, yang semasa hidupnya pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Tapanuli Utara.

Sinta Mauly Agnes Tamba. (Foto: Jarar Siahaan)

Selama 13 tahun menjadi notaris di Kabupaten Samosir hingga saat ini, Sinta Tamba tidak hanya melayani kaum mapan, seperti juragan atau pemborong, yang datang untuk mendirikan perusahaan CV atau PT di kantor notarisnya. Akan tetapi, Sinta juga sering membantu lapisan masyarakat yang takmampu dan buta hukum.

Bagi warga desa yang duitnya tidak cukup, Sinta mendiskon tarif jasa layanannya. Bahkan, khusus untuk pendirian kelompok tani, dia tidak memungut biaya serimis pun, atau gratis. Selain itu, dia juga sering memberi pengarahan hukum soal kepemilikan tanah kepada rakyat awam yang datang ke kantornya, termasuk mendamaikan keluarga yang berebut harta warisan.

Itu semua dia lakukan karena “bukan [memperoleh] uang nomor satu, tapi bisa membantu masyarakat,” kata Sinta dalam wawancara Batak Raya di Balige, Kabupaten Toba, 7 Juli 2023. Membantu masyarakat itu termasuk “pesan bapakku semasa hidupnya,” kata istri Maruli Purba, yang memiliki tiga putra, tiga putri, dan sembilan cucu ini.

Sebelum Sinta Tamba membuka kantor notaris di Kabupaten Samosir, masyarakat di kampung halamannya itu mau tidak mau harus bolak-balik ke Balige, Kabupaten Toba, apabila hendak mengurus sesuatu dengan notaris. Untuk itu, mereka pun mesti menyisihkan tenaga, waktu, dan ongkos ekstra.

PEREMPUAN MANDIRI


Sejak masih gadis, Sinta Tamba aktif dalam pelbagai organisasi sosial, termasuk di kampus dan gereja Katolik. Dia juga tergolong perempuan mandiri.

Selama kuliah D-3 bahasa Jepang di Kota Medan, dia sudah bisa makan gaji dengan menyambi mengajar di sebuah SMA. Tidak puas sampai di situ, bahkan setelah menikah dan punya tiga anak, dia kuliah S-1 hukum dan kemudian S-2 kenotarisan.

Kendatipun suaminya, Maruli Purba—adik kandung politikus Parlindungan Purba, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia—berasal dari keluarga kaya raya, Sinta Tamba tetap bekerja mencari penghasilan sendiri, yaitu dengan membuka kantor notaris di Samosir.

Suaminya ikut mengelola usaha milik keluarga Purba, antara lain Rumah Sakit Umum Sari Mutiara dan Universitas Sari Mutiara di Kota Medan. Namun, kebanyakan orang taktahu Sinta Tamba adalah bagian dari keluarga Purba yang makmur itu.

“Memang selama ini saya tidak pernah pamer kalau saya menikah dengan keluarga Sari Mutiara,” kata Sinta.

“Saya yang wartawan saja sudah lama kenal Ibu Sinta sebagai notaris di Samosir, tapi baru sekarang saya tahu dia bagian dari keluarga besar Sari Mutiara,” kata Hayun Gultom, pemilik BatakRaya.com.

PASTOR MINTA SINTA TAMBA JADI CALEG


Sinta Tamba (kiri) di pasar Balige, Toba. (Foto: Jarar Siahaan)

Dulu Sinta Tamba pernah dua kali mengikuti pemilu calon anggota legislatif di Kabupaten Samosir, tetapi “ternyata Tuhan belum mengurapi saya saat itu,” katanya.

Karena itu, pada pemilu 2024 ini sebenarnya Sinta tidak punya niat untuk kembali mengikuti pemilu legislatif. Namun, pikirannya berubah setelah dia berbicara dengan seorang pastor Katolik yang sudah lama dikenalnya.

Ketika bersemuka dalam acara syukuran Tahun Baru notaris se-Sumatra Utara tahun ini, Pastor bertanya apakah Sinta masih ingin maju menjadi caleg, dan Sinta menjawab tidak. Akan tetapi, dengan hakulyakin Pastor justru meminta Sinta kembali mengikuti pemilu mendatang sebagai calon anggota DPRD Provinsi Sumatra Utara. “Nanti kita dukung, kita doakan,” kata Pastor kepada Sinta.

Besok harinya, tanpa berpikir panjang lagi, Sinta Tamba langsung melengkapi dan menyampaikan berkas persyaratan kepada Partai Golkar Sumatra Utara. “Jadi, saya maju lagi karena diminta Pastor itu,” katanya. ❑ INFORIAL

Postingan populer dari blog ini

Jejak Jahat Hayun Gultom

Yang empunya tabloid Batak Raya , Hayun Gultom, pernah menjadi wartawan bedebah dan aktivis bajingan. Dalam sakunya ada jutaan rupiah uang tutup mulut dari pejabat bejat, tetapi dia mesti meminjam Rp200 ribu duit halal untuk membeli susu bagi anaknya. Dia berupaya agar terbebas dari simpul mati kemunafikan kaum “maling berteriak maling” di dunia aktivisme dan jurnalisme. ⸻⸻ Peringatan: karya tulis jurnalistik yang berupa memoar ini amat panjang sehingga Anda perlu waktu senggang untuk menakliknya dengan tenang.  Kalau Anda taksetuju dengan laku lancung oknum aktivis dan jurnalis pemeras, sebarkanlah tulisan ini kepada publik lewat Facebook, grup WhatsApp, dsb. Hayun Gultom duduk beristirahat dalam perjalanan turun di Gunung Pusuk Buhit di Kabupaten Samosir, 2013. (Foto: arsip Koran Toba ) Suatu malam pada Maret 2016 Hayun Gultom singgah di tempat saya di Balige, Kabupaten Toba, dalam perjalanan dari Kabupaten Samosir menuju ke Kabupaten Tapanuli Utara. Sembari minum kopi, kami pun ...

Marga Nainggolan Parhusip Mendoakan Freddy Situmorang

Nainggolan, BATAK RAYA—Sekitar seribu orang marga Nainggolan Parhusip berdoa untuk Freddy Situmorang, bakal calon Bupati Samosir yang berpasangan dengan Andreas Simbolon. Klan besar Nainggolan Parhusip adalah tulang (paman) Freddy dari pihak marga ibunya, Siregar. Keluarga marga Nainggolan Parhusip memberangkatkan Freddy Situmorang sebagai kandidat Bupati Samosir dalam upacara adat di Huta Godang, Desa Nainggolan, Kecamatan Nainggolan, 22 Agustus. FOTO: HAYUN GULTOM Sebuah upacara dilangsungkan di perkampungan marga Nainggolan Parhusip di Huta Godang, Desa Nainggolan, Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Kamis, 22 Agustus 2024, untuk mendoakan Freddy Situmorang sebagai kandidat Bupati Samosir dalam pilkada 2024 nanti. Upacara adat Batak ini dihadiri oleh ayah dan ibu Freddy, yaitu Maringan Situmorang dan Hermina boru Siregar. Menurut silsilah marga, Nainggolan Parhusip adalah tulang atau paman bagi Freddy, karena adanya perjanjian di antara marga Siregar Silali dengan Nainggolan Pa...

Mantan Ketua DPRD yang Miskin dan Banyak Utang

Jhony Naibaho konsisten menjaga muruah PDI Perjuangan. Megawati golput, dia pun ikut golput. Sepuluh tahun sebagai wakil rakyat, dia teguh pada idealisme demi pesan ibunya “ sotung dijaloho jambar sian toru ni rere .” Diejek bodoh karena taksuka menyelewengkan jabatan untuk mencari harta, tapi “sedikit pun saya tidak menyesal.” Dia berpesan agar bendera PDIP dipasang kelak pada peti matinya. Jhony Naibaho menghadiri perayaan HUT ormas KoMPaS di Pangururan, Jumat pekan lalu. FOTO: JARAR SIAHAAN Pemimpin redaksi Batak Raya , Hayun Gultom , duduk dengan saya di warung di seberang markas Polres Samosir di Pangururan, Selasa, 4 Juni 2024. Beberapa menit kemudian, orang yang kunantikan datang: Jhony Naibaho, politikus berusia 62 tahun, yang kali terakhir bersemuka denganku sekitar sepuluh tahun silam. Kami berdua pun berjabat tangan dan baku peluk. Lalu kami duduk dan berbasa-basi sekejap, saling menanya keberadaan kawan-kawan lama. Tidak lama berselang, saya berdiri untuk membeli satu bungk...