Langsung ke konten utama

Nikson Nababan Mengajari Freddy Situmorang agar Menang Pilkada Dua Periode

SAMOSIR, BATAK RAYA — Freddy Situmorang, bakal calon Bupati Samosir, diajari oleh Nikson Nababan, mantan Bupati Tapanuli Utara dua periode, bagaimana cara memenangi pilkada “dengan mudah”.

Nikson Nababan (kiri), bakal calon Gubernur Sumatra Utara, menghadiri pesta milad ormas KoMPaS di Pangururan, 7 Juni 2024. FOTO: JARAR SIAHAAN

Nikson menyampaikan pelbagai nasihat politis untuk Freddy di Pangururan, Kabupaten Samosir, 7 Juni 2024, ketika berpidato dalam pesta milad ketiga Komunitas Masyarakat dan Perantau asal Samosir (KoMPaS), ormas yang dipimpin Rapidin Simbolon, mantan Bupati Samosir, Ketua DPD PDI Perjuangan Sumatra Utara, dan anggota DPR terpilih.

Ada beberapa kiat pembangunan yang dianjurkan Nikson, yang sudah purnabakti dari jabatan Bupati Tapanuli Utara pada April 2024 lalu. “Kunci kemenangan itu dari diri [sendiri]. Kuncinya apa yang mau kita bangun di daerah kita,” katanya kepada Freddy lewat pelantang dari atas panggung.

Nikson Nababan mengatakan seorang kepala daerah, seperti bupati dan gubernur, harus punya program yang terfokus. Bupati mesti berkonsentrasi pada satu atau dua program prioritas dalam setiap tahun APBD, dan jangan terlalu bernafsu membenahi segala bidang pembangunan dalam tempo sekaligus.

“DNA Samosir ini adalah pertanian. Maka, janjikan kepada masyarakat, tiap tahun APBD akan melakukan mekanisasi pertanian kepada kelompok tani. Sudah pasti menang itu [dalam pilkada Samosir],” katanya, sembari melihat ke arah Freddy Situmorang, yang duduk di barisan terdepan.

Untuk itu, kata Nikson, kalau nantinya Freddy terpilih jadi Bupati Samosir, dia perlu menisbahkan anggaran pembangunan setiap tahunnya agar selaras dengan target visi dan misinya.

“Lakukan refocusing rasionalisasi anggaran. Dinas-dinas yang tidak berkaitan [langsung] dengan visi misi [bupati], suruh istirahat, suruh makan tidur aja dia,” kata Nikson Nababan.

“Bikin surat kepada kementerian. Tarik semua anggaran kepada PUPR, pertanian, kesehatan, pendidikan, UMKM. Jadi itu nanti. Dua periode pasti dipilih rakyat,” katanya.

Supaya hal itu tercapai, Nikson mengingatkan tim pemenangan dan para aktivis pendukung Freddy jangan terlalu banyak menuntut kepada Freddy. “Terkadang kita para kepala daerah dilemanya di situ: siapa yang didahulukan, apakah tim [pemenangan] atau masyarakat,” katanya.

Kiat berikutnya, Nikson menyarankan agar Freddy membantu kalangan masyarakat takmampu. “Berikan sertifikat tanah, akta notaris dari APBD,” katanya.

Selain itu, menurut dia, yang tidak kalah penting, seorang bupati mesti senantiasa meluangkan waktu untuk menampung aspirasi dan keluhan warganya.

Sepanjang sepuluh tahun menjabat Bupati Tapanuli Utara, kata Nikson Nababan, “Saya jam tiga pagi baru tidur. Jam dua gerbang tutup. Rumah dinas itu kayak rumah sakit, antre. Tapi itulah kebahagiaan.”

Dia juga sering turun langsung ke lapangan untuk menemui rakyatnya. “Naik sepeda motor turun ke desa-desa. Tidur di lantai di rumah masyarakat. Jalan kaki menuntaskan desa terisolir. Mengangkat tiang listrik,” katanya.

Kendatipun begitu, kadang kala dia masih bertanya-tanya dalam batin: “Apa ini, kita sudah habis uang, tapi kok begini lagi, jalan kaki. Itu ‘pergumulan’ saya sama Tuhan sambil jalan. Tapi selalu ada kemudahan, selalu ada jalan keluar.”

Dia suka dan sengaja mengunjungi kampung-kampung nan jauh karena sesuai dengan visi dan misinya saat kampanye pilkada. Makanya, dalam lima tahun pertama masa baktinya, dia memprioritaskan pembangunan desa. Setelah itu, pada periode kedua sebagai bupati, barulah dia membangun Tarutung, ibu kota Kabupaten Tapanuli Utara.

“Di Taput, kebijakan saya adalah ‘desa mengepung kota.’ Kalau desa sudah merdeka, kota akan maju,” kata Nikson dari atas panggung KoMPaS di hadapan sekitar dua ribu undangan, yang kebanyakan datang dari desa-desa di seluruh Kabupaten Samosir. “Kalau kota dibangun, tapi desa dibiarkan, maka kota itu akan menjadi kota hantu.”

“Kalau bisa, anak Pak Rapidin wakil”

Nikson Nababan, politikus PDI Perjuangan yang menjadi bakal calon Gubernur Sumatra Utara, merasa optimistis bahwa Freddy Situmorang akan menang pada pilkada Samosir tahun ini.

“Saya perhatikan dari tadi cara dia [Freddy] bergaul menyapa itu luar biasa. Saya yakin 24 jam rumah dinas dia akan terbuka untuk tamu,” kata Nikson. “Kalau saya lihat-lihat tadi, akan menang ini, sudah menang ini. Ya, Pak Rapidin, ya. Tadi bisik-bisik juga, kalau bisa, anaknya Pak Rapidin wakil.”

Para undangan pun bertepuk tangan bersetuju meskipun Nikson tidak tandas menyebut “wakil bupati.”

(Dari kiri) Freddy Situmorang, Rapidin Simbolon, dan Nikson Nababan di pesta milad ormas KoMPaS di Pangururan, 7 Juni 2024. FOTO: JARAR SIAHAAN

“Semoga Pak Freddy terpilih nanti, dan saya terpilih juga jadi gubernur, ha-ha-ha. Sinergi[si]tas ini akan kita bangun. Kita tetap sahabat ke depan,” kata Nikson kepada Freddy.

Dalam orasi politiknya, Nikson juga memuji Rapidin Simbolon, juniornya dalam karier pemerintahan daerah dan seniornya di PDI Perjuangan.

Kata Nikson, semasih sama-sama menjabat bupati, dia dan Rapidin sering berjumpa di kantor kementerian di Jakarta untuk urusan melobi anggaran pembangunan dari APBN. “Banyak pembangunan masuk ke Samosir, seperti jembatan Tano Ponggol, beliau ini [Rapidin] yang capek. Betul,” katanya.

Walaupun Rapidin tidak terpilih lagi untuk periode kedua sebagai Bupati Samosir, “Ini keberhasilan yang tertunda. Sekarang Tuhan berikan berkat, Pak Rapidin jadi anggota DPR RI,” kata Nikson. “Lebih enak DPR daripada bupati, gajinya besar.”

Nikson Nababan: Jangan ada lagi “semua urusan mesti uang tunai”

Sebagai bakal kandidat gubernur, Nikson berjanji memberantas budaya koruptif di jajaran pemerintah.

“Di Sumatra Utara ini jangan lagi ada kata-kata ‘semua urusan mesti uang tunai.’ Tapi harus menjadi ‘semua urusan masyarakat urus tuntas.’ Maka ke depannya tidak akan ada lagi yang namanya pungli-pungli, uang jabatan, dan lain sebagainya,” katanya, yang disambut tepuk tangan meriah oleh massa.

“Sumut punya kekayaan alam. Laut yang luar biasa, pertanian yang luar biasa. Ada Danau Toba, ada agrowisata. Provinsi lain tidak ada sekaya Sumatra Utara, bahkan di luar negeri tidak ada sekaya Sumatra Utara.”

Dengan dukungan publik, Nikson amat yakin bisa meraih kursi gubernur. “Kita petarung. Kita lahir bukan untuk kalah, tapi kita lahir untuk menang,” katanya.

BACA berita lain dari Samosir: “Mantan Ketua DPRD yang Miskin dan Banyak Utang

Dia sendiri sudah pernah membuktikan ucapannya tersebut pada pemilu Bupati Tapanuli Utara sepuluh tahun silam.

Kala itu, dari delapan bakal calon bupati yang disurvei, dia hanya berada pada “urutan ketujuh, elektabilitas dan popularitas,” katanya. Tapi ternyata dia bisa menang. Bahkan, dia kembali terpilih untuk kali kedua walau banyak orang memfitnah dia.

“Oke. Yang tepuk tangan masuk surga; yang belum tepuk tangan menyusul,” kata Nikson, yang membuat hadirin tertawa terkekeh-kekeh sambil bertepuk tangan.

“Mana bendahara? Ini saya mau sampaikan bantuan,” katanya.

Dia pun menyerahkan uang tunai Rp20 juta kepada panitia pesta milad KoMPaS, dan kemudian menyanyikan tiga buah lagu.

Setelah turun dari mimbar, Nikson Nababan masih terus mengikuti acara KoMPaS hingga tuntas. Dia ikut berdiri selama satu setengah jam menyalami ribuan warga yang mengantre menerima paket sembako dari panitia milad. Sesekali dia terlihat melemaskan otot kakinya dan menyeka keringat pada keningnya dengan punggung tangannya. ❑

Postingan populer dari blog ini

Jejak Jahat Hayun Gultom

Yang empunya tabloid Batak Raya , Hayun Gultom, pernah menjadi wartawan bedebah dan aktivis bajingan. Dalam sakunya ada jutaan rupiah uang tutup mulut dari pejabat bejat, tetapi dia mesti meminjam Rp200 ribu duit halal untuk membeli susu bagi anaknya. Dia berupaya agar terbebas dari simpul mati kemunafikan kaum “maling berteriak maling” di dunia aktivisme dan jurnalisme. ⸻⸻ Peringatan: karya tulis jurnalistik yang berupa memoar ini amat panjang sehingga Anda perlu waktu senggang untuk menakliknya dengan tenang.  Kalau Anda taksetuju dengan laku lancung oknum aktivis dan jurnalis pemeras, sebarkanlah tulisan ini kepada publik lewat Facebook, grup WhatsApp, dsb. Hayun Gultom duduk beristirahat dalam perjalanan turun di Gunung Pusuk Buhit di Kabupaten Samosir, 2013. (Foto: arsip Koran Toba ) Suatu malam pada Maret 2016 Hayun Gultom singgah di tempat saya di Balige, Kabupaten Toba, dalam perjalanan dari Kabupaten Samosir menuju ke Kabupaten Tapanuli Utara. Sembari minum kopi, kami pun ...

Marga Nainggolan Parhusip Mendoakan Freddy Situmorang

Nainggolan, BATAK RAYA—Sekitar seribu orang marga Nainggolan Parhusip berdoa untuk Freddy Situmorang, bakal calon Bupati Samosir yang berpasangan dengan Andreas Simbolon. Klan besar Nainggolan Parhusip adalah tulang (paman) Freddy dari pihak marga ibunya, Siregar. Keluarga marga Nainggolan Parhusip memberangkatkan Freddy Situmorang sebagai kandidat Bupati Samosir dalam upacara adat di Huta Godang, Desa Nainggolan, Kecamatan Nainggolan, 22 Agustus. FOTO: HAYUN GULTOM Sebuah upacara dilangsungkan di perkampungan marga Nainggolan Parhusip di Huta Godang, Desa Nainggolan, Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Kamis, 22 Agustus 2024, untuk mendoakan Freddy Situmorang sebagai kandidat Bupati Samosir dalam pilkada 2024 nanti. Upacara adat Batak ini dihadiri oleh ayah dan ibu Freddy, yaitu Maringan Situmorang dan Hermina boru Siregar. Menurut silsilah marga, Nainggolan Parhusip adalah tulang atau paman bagi Freddy, karena adanya perjanjian di antara marga Siregar Silali dengan Nainggolan Pa...

Mantan Ketua DPRD yang Miskin dan Banyak Utang

Jhony Naibaho konsisten menjaga muruah PDI Perjuangan. Megawati golput, dia pun ikut golput. Sepuluh tahun sebagai wakil rakyat, dia teguh pada idealisme demi pesan ibunya “ sotung dijaloho jambar sian toru ni rere .” Diejek bodoh karena taksuka menyelewengkan jabatan untuk mencari harta, tapi “sedikit pun saya tidak menyesal.” Dia berpesan agar bendera PDIP dipasang kelak pada peti matinya. Jhony Naibaho menghadiri perayaan HUT ormas KoMPaS di Pangururan, Jumat pekan lalu. FOTO: JARAR SIAHAAN Pemimpin redaksi Batak Raya , Hayun Gultom , duduk dengan saya di warung di seberang markas Polres Samosir di Pangururan, Selasa, 4 Juni 2024. Beberapa menit kemudian, orang yang kunantikan datang: Jhony Naibaho, politikus berusia 62 tahun, yang kali terakhir bersemuka denganku sekitar sepuluh tahun silam. Kami berdua pun berjabat tangan dan baku peluk. Lalu kami duduk dan berbasa-basi sekejap, saling menanya keberadaan kawan-kawan lama. Tidak lama berselang, saya berdiri untuk membeli satu bungk...